the fantastic four

the fantastic four
"cogito ergo sum"

Senin, 06 Desember 2010

Wawasan Nusantara

Pokok-pokok Wawasan Nusantara


Pengantar
Pokok-pokok wawasan nusantara merupakan sebuah rangkuman dari aspek rasa kebangsaan dan nasionalisme, yang ada dalam diri bangsa Indonesia sendiri. Berbicara mengenai hal ini, maka kita tak akan terlepas dari proses penelusuran sejarah bangsa ini. Penelusuran sejarah ini bukan semata-mata hanya melihat kronologis terbentuknya bangsa ini, tetapi juga akan dilihat pemikiran serta unsur-unsur yang membentuk rasa berbangsa dan bernegara. Uraian-uraian yang ada dalam tulisan ini hendak mengetengahkan hal-hal di atas. Berawal dari uraian ciri wawasan nusantara hingga Gerakan Nasional, tulisan ini hendak merangkum apa yang terjadi dalam proses pertumbuhan bangsa ini dalam bingkai Filsafat Wawasan Nusantara.

Relevansi Ciri Wawasan Nusantara dalam Ketahanan Nasional
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang besar dan luas. Secara geografis bangsa ini terletak di antara dua benua (benua Asia dan benua Australia) serta dua samudra (samudra Hindia dan samudra Pasifik). Hal ini membuat bangsa Indonesia berada dalam posisi yang strategis. Selain itu, dari dalam diri bangsa Indonesia sendiri memiliki berbagai macam kekayaan suku, bahasa, agama serta kepercayaan. Kenyataan-kenyataan tersebut membuat bangsa ini memiliki sebuah semangat dan tanggung jawab bersama dalam menjaga keutuhan serta kesatuan nasional.
Pada jaman pergerakan kemerdekaan, semangat ini nampak ketika seluruh rakyat bersatu melawan kolonialisme guna mewujudkan Indonesia merdeka. Di sini nampak bahwa semangat persatuan sebagai perwujudan semboyan Bhineka Tunggal Ika telah membawa bangsa Indonesia merasa bersatu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air.
Kesatuan pertahanan dan keamanan ini dapat dilihat pula dalam dua aspek, yaitu mengenai hak dan kewajiban warga negara dalam hal bela negara, serta ancaman terhadap satu daerah menjadi ancaman seluruh bangsa dan negara. Dalam hal ini, tentu dibutuhkan sebuah komitmen bersama untuk menjaga bangsa ini. kita tidak boleh terlalu mementingkan suku atau kelompok kita sendiri. Meskipun pada situasi sekarang ini tiap-tiap daerah berhak atas otonominya sendiri-sendiri, tetapi semangat nasionalisme hendaknya tetap menjadi prioritas utama. Dengan demikian, relevansi ciri wawasan nusantara dalam bidang ketahanan nasional ini dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat. Diharapkan pula negara ini tidak hancur oleh lekangnya waktu sekalipun berbagai tantangan jaman menghampiri.

Perbedaan Nusantara menurut Soekarno dan Jawa kuno
Dalam menjelaskan Nusantara, banyak perspektif dapat kita lihat. Dalam bagian ini akan dilihat dua pandangan Nusantara menurut Soekarno dan pandangan Jawa Kuno. Soekarno menggunakan atau mengutip istilah “nusantara”dari Ernest Renan dan Otto Bauer yang mengarah pada persatuan. Berangkat dari kedua tokoh ini, Soekarno berkeinginan untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia kerena beberapa alasan. Pertama adanya perasaan senasib dan sepenangggan yakni mengalami penjajahan, penindasan dan penderitaan. Kedua adanya unsur bertanah air satu sebagai tempat tinggal manusia Indonesia dimana Indonesia berada diantara dua samudara yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik dan dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Soekarno melihat wawasan nusantara lebih pada letak geografis untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Istilah Nusantara menurut tradisi Jawa kuno dapat kita temukan dalam peninggalan-peninggalan sejarah berupa prasasti. Prasasti yang dimaksud adalah prasasti Sarwa Dharma dan prasasti Parampihan yang ditemukan tahun 1269. Di dalam kedua prasasti tersebut terdapat tulisan “Bali Nusantara”. Dalam perkembangan selanjutnya (1331-1364) istilah ini dihubungkan dengan sumpah Palapa Pati Gaja Mada yang mewakili arti “pulau-pulau di luar Jawa, juga untuk mempersatukan dan membentuk negara kesatuan.

Asal Mula Kata Indonesia
Secara harafiah, kata Indonesia pertama-pertama disebut kepulauan India. Awalnya kata India hanya dipakai adalah sebutan untuk daerah Timur jauh, yang merupakan sumber kekayaan dan sumber rempah-rempah. Kemudian oleh Inggris dinamakan Indian Archipelago atau Malayan Archipelago. Namun, daerah-daerah tersebut hanya terbatas pada Jawa dan Sumatra saja. Baru setelah itu daerah Maluku, Irian, dan Nusa Tenggara juga termasuk ke dalamnya.Inggris dan Portugis berhasil dikalahkan Belanda, dan mengusai Indonesia. Seorang etnolog Jerman bernama Bastian menyebut nama Indonesia sebagai seluruh kepulauan antara daratan Asia dan Melanesia. Politik perdagangan juga mempengaruhi munculnya nama Indonesia ini. Berawal dari bangkrutnya VOC, perdagangan dan kekuasaan diambil alih oleh pemerintah Belanda. Setelah itu muncul istilah“Nederlands Oost Indie” dari Belanda. Pada awal abad ke 20 ada usaha dari pemerintahan india untuk memperhatikan masyarakat pibumi dan tidak hanya memeras mereka. Gerakan itu disebut gerakan etis. Dan orang pribumi disebut Inlander untuk membedakan dari Nederlander atau Eropeer. Kemudian atas usulan dari gerakan etis nama Inlander diganti menjadi Indonesier dan penghuni pribumi menduduki daerah Nederlands Indie. Dari sinilah nama Nederlands Indie diganti lagi menjadi Indonesia,hingga kedatangan Jepang. Kata Indonesia sekarang ini mempunyai arti keabsahan politik yaitu suatu negara merdeka yang meliputi wilayah yang dulu Nederlands Indie.

Nilai dari Perdagangan sebagai Unsur Pemersatu
Seperti telah disebutkan di awal, Indonesia menjadi jalur perdagangan yang ramai. Kekayaan alam yang berlimpah-limpah serta letaknya yang sangat strategis itu sudah merupakan daya tarik dunia luar untuk datang ke negeri ini, mula-mula sebagai pedagang, dan beberapa di antaranya kemudian berakhir dengan menguasai Indonesia di bidang ekonomi maupun politik. Sudah sejak berabad-abad negeri ini merupakan incaran dari pengruh Hindu, Buddha, Cina, Islam dan Akhirnya Negara-negara barat ini umumnya lebih tertarik hanya untuk mengeksploitirkan dan menguasai negeri nusantara ini.
Melalui jalur perdagangan, mereka bersatu dan berkumpul di Nusantara ini, sekalipun akhirnya mereka juga memiliki motivasi yang ”buruk” disamping berdagang yakni untuk menguasai Nusantara ini. Motivasi itupulah yang kemudian menjadi stimulus bagi Bangsa Indonesia untuk berjuang mempersatukan Bangsa Indonesia kembali dari perpecahan yang dibangun oleh belanda lewat taktik devide et impera. Nilai persatuan itu tampak dalam semangat Bangsa Indonesia untuk bersatu, senasib-sepenanggungan, sebangsa dan setanah air serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bersama, yakni bebas dari penjajahan. Dalam arti inilah, perdagangan dapat dilihat sebagai unsur pemersatu.

Sifat- sifat Raja dan Feodalisme di Indonesia
Dalam menjalankan kekuasaannya, Raja –raja di Idonesia khususnya di wilayah Jawa sangat dipengaruhi oleh pemikiran bahwa raja adalah titisan Dewa. Oleh karena itu, raja sangat dihormati bahkan tidak jarang disembah seperti layaknya Dewa. Kekuasaan raja pun absolut, menyangkut segala dimensi kehidupan baik sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai pemimpin agama. Meskipun demikian raja tidak menjalankan kekuasaannya sendiri. Ia memiliki pembantu seperti Maha mantri, panglima dan seterusnya. Jadi dalam melaksanakan kekuasaanya raja tidak turun langsung melainkan melalui pembantu-pembantunya.
Pemikiran seperti ini kemudian diadopsi oleh pemerintah V.O.C dalam menjalankan kekuasaanya di Indonesia. V.O.C tidak secara langsung memungut hasil bumi dari penduduk Indonesia melainkan melalui para bupati yang mereka angkat. Dengan demikian V.O.C dapat mengambil keuntungan dengan adanya kepatuhan rakyat kepada para bupati. Sebab secara psikologis rakyat merasa masih diperintah oleh atasan yang mereka anggap sebagai titisan Dewa. Beberapa akibatnya: pertama; rakyat tidak pernah memberontak karena tidak merasa dijajah oleh orang asing. Kedua; bupati semakin membebani rakyat dengan tujuan keuntungan pribadi dan keuntungan V.O.C.

Kedatangan Bangsa Belanda
Kedatangan Bangsa Belanda membonceng VOC. Mereka pertama kali datang ke Indonesia di daerah Sunda kelapa dan menguasai perdagangan rempah-rempah. Mereka juga memiliki kuasa pemerintahan sendiri. VOC membuat benteng pusat dan menamainya Batavia. VOC melangsungkan perang di beberapa daerah Indonesia untuk memonopoli perdagangan. VOC pun menang, dan menuntut upeti hasil dagang dari daerah untuk mereka dan meminta kuasa politik di daerah tersebut. VOC mulai berkuasa atas sebagian besar wilayah Indonesia. Bupati-bupati pribumi ditempatkan guna membantu dalam mengatur daerah serta menyetor hasil dagang. Hal ini mengakibatkan feodalisme semakin kokoh, akibatnya dapat menghambat perkembangan ekonomi. Setelah itu Belanda mengambil alih dan menerapkan ideologi liberal. Mereka mendorong rakyat untuk secara bebas menanam dan menjual hasilnya kepada pemerintah sebagai bahan ekspor. Segi positif yang dapat diambil adalah rakyat didorong untuk mengembangkan semangat dan kemampuan berdagangnya. Namun, karena sistem feodal masih kental maka segala usaha ini gagal. Rakyat tidak berani menanam dan berdagang sendiri jika tidak diperintah bupati.
Jaman Liberalisme
• Kedatangan Inggris
Bangsa Inggris sempat singgah di Indonesia. Kedatangan Inggris di Indonesia juga membawa aliran politik liberal. Mereka menyusun beberapa politik ekonominya, yaitu pembebasan rakyat untuk bertani dan berdagang, pemerintah mengawasi tanah rakyat secara langsung, dan pelaksanaan kontrak tanah. Namun politik ini gagal karena kuatnya sistem feodal dalam diri masyarakat.
• Tanam Paksa dan Akibatnya Bagi Indonesia
Sistem tanam paksa ini berawal dari mundurnya ekonomi di negeri Belanda. Untuk memenuhi perekonomiannya, Belanda mengadakan sistem tanam paksa kepada rakyat Indonesia. Sistem ini tidak lagi memungut dalam bentuk uang kepada rakyat, melainkan dalam bentuk tanaman eksport. Rakyat, terlebih rakyat desa, diminta untuk menjadi tenaga kasar, mulai dari pengolahan hingga pendistribusian ke pabrik-pabrik. Sehubungan dengan ini, rakyat harus menggarap tanahnya sendiri sekaligus menggarap untuk hasil ekspor. Akibatnya, tak sedikit tanah milik mereka sering tak tergarap dan menimbulkan kelaparan. Akibat lain dari gerakkan ini antara lain: pertama; rakyat dapat memperbaiki kondisi ekonomi Belanda. kedua; munculnya pabrik- pabrik yang memberikan lapangan kerja baru bagi rakyat.
• Sekolah-sekolah Bentukan Belanda
Belanda begitu gencar mengatur pemerintahannya, misalnya dalam bidang pendidikan. Keinginan Belanda untuk menghasilkan orang pribumi yang terdidik yang pada akhirnya dapat membantu jalannya birokrasi pemerintahan mendorong Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah. Pertama-tama mereka mendirikan sekolah guru, yaitu untuk mendidik para guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah.
Namun yang sangat disayangkan, nampak adanya perbedaan antara pendidikan kaum elit dan rakyat biasa. Misalnya, ada pembagian tingkatan kelas berdasarkan kedudukan dalam masyarakat. Kaum priyayi menempati kelas ongko siji, dan untuk anak rakyat pribumi masuk kelas ongko loro. Ada pun sekolah khusus untuk pegawai negeri pribumi (OSVIA), sekolah kejuruan, sekolah dokter hewan, sekolah mantri cacar yang kemudian berkembang menjadi sekolah dokter Jawa.
• Pemikiran Belanda terhadap Indonesia
Pada waktu itu, Belanda membentuk Volksrad, yaitu dewan penasihat bagi pemerintahan Nederland Indie yang tidak mempunyai hak menentukan undang-undang. Mereka merugikan rakyat, tetapi di sisi lain mereka membawa pemerintahan ke arah yang lebih terbuka. Bentuk pemerintahan ini berkaitan erat dengan pandangan orang Eropa terhadap Indonesia. Orang Eropa menganggap diri lebih maju dari orang pribumi, dan orang pribumi hanya dianggap sebagi obyek
Pemikiran Belanda mengenai bentuk hubungan pemerintahn Barat-Pribumi antara lain membentuk Politik Economische Bond. Untuk mewujudkan suatu bangsa nederland indie, mereka bekerjasama dengan rakyat pribumi dibawah pimpinan Belanda. Selain itu Belamda juga membentuk Nederland Raya, dimana status Indonesia menjadi Vaderlandsghe Club (otonom). Selanjutnya mereka berpikir bahwa orang Indonesia tidak cukup cakap untuk berotonomi, kesadarannya hanya bersifat kepulauan (Colijn). Pemikiran lain adalah membentuk Kesemakmuran Nederland (Stuwgroup). Dalam hal ini, kewajiban utama kolonial adalah memajukan kerjasama dan solidaritas antar golongan. Menurut Belanda, kolonialisme tetap berjalan dengan membangun solidaritas kemanusiaan Barat-Timur (Kat Angelino). Pada ahkirnya, beberapa orang Belanda lainnya menginginkan otonomi daerah dibawah Kesemkamuran Nederland Raya.

Gerakan Nasional dan Kebangkitan Nasional
Berbicara mengenai gerakan nasional dan kebangkitan nasional, hal yang perlu diperhatikan adalah soal kesadaran untuk bersatu. Kesadaran sebagai bangsa dan negara yang satu itu muncul dari para cendekiawan muda yang ingin mewujudkan suatu Indonesia merdeka. Kesadaran ini berlanjut dengan munculnya berbagai organisasi. Dr. Wahidin mengawali usahanya dengan mendirikan organisasi Boedi Oetomo yang bertujuan untuk meringankan beban hidup rakyat Jawa. Hal ini didukung oleh Tjipto Mangunkusumo. Namun ia berpendapat agar organisasi ini menjadi gerakan politik atas dasar persaudaraan bersama. Hal ini memicu kekecewaan kelompok lain, yang ahkirnya memisahkan diri dan membentuk Indische Partij.
Dalam kalangan Islam sendiri muncul sebuah Serikat Dagang Islam. Hal ini muncul sebagai antisipasi dari majunya perdagangan Cina dan pesatnya penyebaran agama Kristen oleh Belanda. Secara keseluruhan, tujuan utama SI adalah untuk memperbaiki kehidupan rakyat pribumi baik secara jasmani dan rohani. Selain Islam muncul juga organisasi kedaerahan dan organisasi kepemudaan.. Para pelajar Indonesia di Nederland berhasil mendirikan partai Komunis. Walaupun gerakan ini sempat digagalkan, pemuda Indonesia terus berjuang dan pada ahkirnya berhasil mendirikan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Semua organisasi Indonesia ini becirikan non kooperasi terhadap Belanda. Oleh karena itu Belanda menentang semua gerakan-gerakan tersebut. Hal ini mengakibatkan banyak gerakan yang gagal.
Gerakan nasional tersebut merupakan langkah awal untuk menuju akan kesatuan hidup berbangsa dan bernegara. Namun sayangnya, hal ini belum didukung oleh sebuah kesadaran bahwa mereka adalah satu. Mereka hanya bergerak dengan mengandalkan kekuatan dari dalam kelompok saja (bersifat kedaerahan). Selain itu ada perbedaan pandangan menyangkut persatuan antara Soekarno dan Hatta. Soekarno lebih condong ke segi ideologis, sedangkan Hatta ke arah ekonomis. Kegagalan yang dialami Indonesia pada masa itu juga harus menjadi pijakan untuk masa sekarang. Sifat kedaerahan hendaknya tidak lagi menjadi tujuan utama, sehingga kemerdekaan yang telah diraih itu tetap kita miliki dan kita pelihara.

Membangun Nasionalisme Baru Menurut Dr. Mochtar Mas’oed
Dalam uraian yang terahkir ini, kami akan menguraikan sedikit mengenai paradigma membangun nasionalisme baru, dari para tokoh. Berkaitan dengan itu, kami mengambil tokoh Dr. Mochtar Mas’oed, sebagai salah satu tokoh ekonomi. Oleh karena itu, ia menerangkan situasi saat ini dari sudut pandang ekonomi. Para pendiri bangsa Indonesia tidak berani bersikap mandiri, artinya masih ada ketegantungan dengan dunia Internasional. Oleh karena itu negara Indonesia selalu berbenturan dengan dengan Negara kapitalis. Kapitalisme meguasai keorganisasian produksi dalam skala dunia, sedangkan nasionalisme Indonesia mengutamakan pembentukan negara yang kuat.
Situasi perekonamian pada masa Orde Baru tidaklah begitu baik. Untuk memperbaiki perekonomian ini, pemerintah Orde Baru bergabung dengan negara Internasional yang beraliran kapitalis, guna mendapatkan dukungan perekonomian. Dengan bergabungnya Indonesia dalam dunia Internasional, maka hubungan Indonesia dengan negara-negara lain mulai membaik. Pada waktu itu situasi politik Internasional masih di kuasai oleh geo-politik. Amerika menjamin dan memberi kesan baik terhadap bangsa Indonesia kepada dunia Internasional.
Pada masa itu bantuan perekonomian dari pihak luar dirasakan sangat mambatu perkembangan perekonomian Indonesia. Ciri-cirinya antara lain adalah perekonomian terpusat pada inisiatif pemerintah,dan pemerintah memegang keputusan ekonomi secara mutlak. Pada tahun 1975, kebijakan perekonomian barat berubah. Amerika mundur dan mengakui kekuasan komunis, dan merangkul komunis. Akibatnya goe-politik tidak penting lagi.
Pada tahun 1980 banyak negara maju mengalami krisis. Berbagai cara mereka tempuh guna memperbaiki perekonomian negaranya. Hal ini menjadi halangan bagi perekonomian Indonesia. Dalam menghadapi masalah ini Indonesia harus kembali ke ekonomi nasional, budaya lokal sebagai tumpuan rumusan perekonomian nasional.

Penutup
Pokok-pokok wawasan nusantara yang telah diuraikan di atas merupakan sebuah paradigma mengenai sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Sejarah ini tidak hanya berbicara fakta-fakta secara kronologis, melainkan lebih melihatnya secara integral. Dalam hal ini wawasan nusantara juga terkait dengan proses menjadi bangsa yang utuh sebagai suatu kesatuan. Persoala-persoalan yang terjadi dalam negara ini haruslah berada di pundak kita bersama. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh para pendahulu, dari yang buruk maupun yang baik, dapat digunakan sebagi pijakan untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik. Tugas kita adalah mempertahankan keutuhan bangsa serta berusaha mengupayakan kebaikan bersama. Dari sini, diharapkan akan timbul rasa memiliki dan mencintai terhadap bangsa dan negara yang kita cintai ini. Ahkirnya, filsafat wawasan nusantara dapat menjadi sebuah refleksi kritis dan logis atas pemahaman sejarah Bangsa Indonesia, sehingga kita dapat bertindak dengan arif atas segala yang terjadi di dalam kehidupan bangsa ini.

Tidak ada komentar: